Minggu, 04 Agustus 2013 0 komentar

Sesungguhnya berasal dari manakah Bahasa Indonesia...?

Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam bahasa daerah yang dimilikinya memerlukan adanya satu bahasa persatuan guna menggalang semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan ini sangat penting dalam perjuangan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Kesadaran politis semacam inilah yang memunculkan ide pentingnya bahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa yang dapat menjembatani keinginan pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa dan budaya di Indonesia saat itu.
Tak disangka, berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai bahasa Indonesia itu dibagaikan anak kecil yang menemukan cokelat di tengah jalan. Kita pasti sudah mengetahui, bahwa bahasa Indonesia yang kini dipergunakan sebagai Bahasa Nasional bangsa Indonesia, berasal dari Bahasa Melayu. Namu, penerimaan tersebut tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa tahapan proses dan sebagai mana layaknya sebuah proses, penerimaan itu memerlukan waktu lama.  Mengapa harus Bahasa Melayu yang diangkat sebagai Bahasa Nasional? Mengapa bukan Bahasa Jawa atau Bahasa Sunda yang jumlah penuturnya lebih banyak dari pada bahasa Melayu? Untuk memahami hal tersebut, kali ini saya akan membahas asal muasal bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa Indonesia.
Bila dilihat dari sudut sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungan atau komunikasi sejak bertahun-tahun yang lalu. ini tampak pada masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya yang memiliki pengaruh besar bukan saja di Indonesia, namun juga di sebagian besar Asia Tenggara telah menggunakan bahasa Melayu. Bahsa Melayu berperan penting dalam kehidupan sehari-hari pada masa itu. Mengapa? Pada masanya, Sriwijaya merupakan pusat kebudayaan, perdagangan, tempat belajar filsafat, dan pusat keagamaan. Tak mengherankan jika para pelancong dari manca Negara mengunjunginya.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, digunakan juga sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai buktinya, perguruan tinggi “Dharma Phala”  menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti oleh para antropolog, pada awal masa Sriwijaya.
Adanya Inskripsi Gandasuli dan Prasasti Bogor, membuktikan betapa luasnya penyebaran bahasa Melayu ke seluruh wilayah di Nusantara. Bahasa Melayu tidak saja digunakan di kawasan semenanjung Sumatera, namun ternyata ke pulau Jawa. Dugaan yang semakin kuat bahwa bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan yaitu dengan dikenalnya berbagai logat atau dialek.
       Masuknya agama Islam ke kepulauan Nusantara, membuat kedudukan bahasa Melayu kian penting. Keduanya tampak saling mempengaruhi. Di satu pihak, para pembawa ajaran agama Islam ikut memperkaya khasanah kosa kata dalam bahasa Melayu. Di pihak lain, para pembawa ajaran agama Islam ikut memperkaya khazanah kosa kata dalam bahasa Melayu.
Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo. Para tokoh pergerakan mulai berpikir akan pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi antar pergerakan yang tergabung dalam berbagai Jong. Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu, maka pada 1928 Kongres Pemuda di Jakarta diselenggarakan oleh berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres Pemuda yaitu dengan dicetuskannya ikrar atau Sumpah Pemuda. Cetusan tersebut berupa kebulatan tekad yang berbunyi:
Teks Sumpah Pemuda
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu,Tanah Air Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Dari ketiga butir di atas, yang paling menjadi pusat perhatian pengamat adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap luar biasa. Dikatakan demikian, sebab negara lain khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan kepada kita, bahwa bahasa Melayu kini berubah nama menjadi bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut:
·         Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh wilayah Nusantara.
·         Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
·         Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
·         Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
·         Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia.
Tetapi apakah Bahasa Indonesia yang kita pergunakan sekarang ini sama dengan Bahasa Melayu pada masa yang lalu? Bahasa Indonesia yang kita pergunakan sekarang ini tidak sama lagi dengan Bahasa Melayu pada masa Kerajaan Sriwijaya, masa Kerajaan Malaka, masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, masa Balai Pustaka, bahkan dengan Bahasa Melayu di Malaysia kini.   Bahasa Indonesia kini jauh berbeda dari bahasa asalnya, Bahasa Melayu. Bahasa Melayu tumbuh dan berkembang menjadi Bahasa Indonesia, yang dikarenakan berbagai hal waktu, politik, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi ia pun berkembang hingga dalam wujudnya kini.
Meskipun Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat, namun perjuangan belum berakhir. Masih banyak anggota masyarakat yang belum menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, masih banyak yang harus kita usahakan, dan masih banyak pula yang harus kita perjuangkan dalam rangka pengembangan Bahasa Indonesia.

 
;