Bangsa
Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam bahasa
daerah yang dimilikinya memerlukan adanya satu bahasa persatuan guna menggalang
semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan ini sangat penting dalam perjuangan
mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Kesadaran politis semacam inilah yang
memunculkan ide pentingnya bahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa yang dapat
menjembatani keinginan pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa dan budaya di
Indonesia saat itu.
Tak disangka, berhasilnya bangsa Indonesia
mempunyai bahasa Indonesia itu dibagaikan anak kecil yang menemukan cokelat di
tengah jalan. Kita pasti sudah mengetahui,
bahwa bahasa Indonesia yang kini dipergunakan sebagai Bahasa Nasional bangsa
Indonesia, berasal dari Bahasa Melayu. Namu, penerimaan tersebut tidak terjadi
begitu saja. Ada beberapa tahapan proses dan sebagai mana layaknya sebuah
proses, penerimaan itu memerlukan waktu lama.
Mengapa harus Bahasa Melayu yang diangkat sebagai Bahasa Nasional?
Mengapa bukan Bahasa Jawa atau Bahasa Sunda yang jumlah penuturnya lebih banyak
dari pada bahasa Melayu? Untuk memahami hal tersebut, kali ini saya akan membahas
asal muasal bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa Indonesia.
Bila dilihat dari sudut sejarah, bahasa
Melayu merupakan bahasa perhubungan atau komunikasi sejak bertahun-tahun yang
lalu. ini tampak pada masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya yang
memiliki pengaruh besar bukan saja di Indonesia, namun juga di sebagian besar
Asia Tenggara telah menggunakan bahasa Melayu. Bahsa Melayu berperan penting
dalam kehidupan sehari-hari pada masa itu. Mengapa? Pada masanya, Sriwijaya
merupakan pusat kebudayaan, perdagangan, tempat belajar filsafat, dan pusat
keagamaan. Tak mengherankan jika para pelancong dari manca Negara
mengunjunginya.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu
tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, digunakan juga sebagai
bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa dalam penyampaian ilmu
pengetahuan. Sebagai buktinya, perguruan tinggi “Dharma Phala” menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Bukti lain adalah
dengan ditemukannya berbagai prasasti oleh para antropolog, pada awal masa
Sriwijaya.
Adanya Inskripsi Gandasuli dan Prasasti
Bogor, membuktikan betapa luasnya penyebaran bahasa Melayu ke seluruh wilayah
di Nusantara. Bahasa Melayu tidak saja digunakan di kawasan semenanjung
Sumatera, namun ternyata ke pulau Jawa. Dugaan yang semakin kuat bahwa bahasa
Melayu menjadi bahasa perhubungan yaitu dengan dikenalnya berbagai logat atau dialek.
Masuknya
agama Islam ke kepulauan Nusantara, membuat kedudukan bahasa Melayu kian
penting. Keduanya tampak saling mempengaruhi. Di satu pihak, para pembawa
ajaran agama Islam ikut memperkaya khasanah kosa kata dalam bahasa Melayu. Di
pihak lain, para pembawa ajaran agama Islam ikut memperkaya khazanah kosa kata
dalam bahasa Melayu.
Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak
pada masa kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya
Boedi Oetomo. Para tokoh pergerakan mulai berpikir akan pentingnya bahasa
sebagai alat komunikasi antar pergerakan yang tergabung dalam berbagai Jong. Sebagai puncak keberadaan bahasa
Melayu, maka pada 1928 Kongres Pemuda di Jakarta diselenggarakan oleh berbagai
Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres Pemuda yaitu dengan dicetuskannya
ikrar atau Sumpah Pemuda. Cetusan tersebut berupa kebulatan tekad yang
berbunyi:
Teks Sumpah Pemuda
Kami
putera dan puteri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang
satu,Tanah Air Indonesia.
Kami
putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera
dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Dari ketiga butir di atas, yang paling menjadi
pusat perhatian pengamat adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap
luar biasa. Dikatakan demikian, sebab negara lain khususnya negara tetangga
kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang
dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan
tanpa hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang
sama. Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan kepada kita, bahwa bahasa Melayu
kini berubah nama menjadi bahasa Indonesia.
Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Alasan dipilihnya bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut:
·
Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai
lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di
seluruh wilayah Nusantara.
·
Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah
dipelajari, mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar
untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
·
Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan
adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial
pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
·
Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa
daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
·
Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi
tujuan yang mulia.
Tetapi apakah Bahasa Indonesia yang
kita pergunakan sekarang ini sama dengan Bahasa Melayu pada masa yang lalu?
Bahasa Indonesia yang kita pergunakan sekarang ini tidak sama lagi dengan
Bahasa Melayu pada masa Kerajaan Sriwijaya, masa Kerajaan Malaka, masa Abdullah
bin Abdul Kadir Munsyi, masa Balai Pustaka, bahkan dengan Bahasa Melayu di
Malaysia kini. Bahasa Indonesia kini jauh berbeda dari bahasa
asalnya, Bahasa Melayu. Bahasa Melayu tumbuh dan berkembang menjadi Bahasa
Indonesia, yang dikarenakan berbagai hal waktu, politik, sosial, ilmu
pengetahuan dan teknologi ia pun berkembang hingga dalam wujudnya kini.
Meskipun Bahasa Indonesia telah
mengalami perkembangan yang pesat, namun perjuangan belum berakhir. Masih
banyak anggota masyarakat yang belum menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, masih banyak yang harus kita usahakan, dan masih banyak pula yang harus
kita perjuangkan dalam rangka pengembangan Bahasa Indonesia.